Rasanya seperti isi kepala yang mau pecah.
Aku tidak pernah membayangkan ternyata sebegini rumitnya.
—-
Sabar, katamu. Kata yang teramat sering ku dengar dari mulut yang tidak pernah mengerti bagaimana jika diposisi ku. Taukah jika hingga sampai saat ini aku tak punya sabar, semua tidak akan menjadi sebaik-baik saja seperti ini. Katamu sabar tidak memiliki batas dan batas kesabaran adalah kematian. Hah! Katakanlah aku manusia tidak normal karena sabarku berbatas.
Sedih rasanya, aku sudah bukan lagi perempuan yang dengan menangis sejadi-jadinya bisa menenangkan diri sendiri. Ada diriku ditubuh yang lain yang membutuhkan kekuatan ini. Yang ku pikirkan bagaimana bisa aku menjadi lemah, sedangkan makhluk kecil yang bergantung padaku ini masih sangat lemah.
Makhluk mungil ini sedang tidur, beberapa kali ia bergerak seperti ada yang menggangu tidurnya. Dialah alasan aku harus tetap menjadi waras, terlebih saat ia menolak makan.
Dear diriku pada tubuh yang lain,
aku tidak akan menyerah untuk memberimu bahagia, tidak akan pernah meninggalkanmu dan akan terus menjadi yang terbaik yang aku bisa. Tapi, maaf, aku pun masih manusia, belum menjadi malaikat, aku masih memiliki kekurangan, aku lelah, aku tidak bisa mengontrol emosi.
Boleh aku istirahat sebentar?