"kamu tau rasanya ketika hal yang bergitu berharga untuk dirimu dan selalu kamu jaga namun disaat yang bersamaan kamu harus melepaskannya. rasanya seperti anak perempuan kecil yang menangis karena boneka kesayangannya dirampas paksa oleh orang lain."
***
beberapa hari yang lalu saya kehilangan sesuatu yang berharga. kenyataan seolah merampas paksa apa yang selama ini telah saya jaga. kehilangan ini harus saya telan mentah mentah.
saya telah sampai pada titik terendah hidup saya. hati saya seperti kepingan kaca yang sengaja dihempaskan. partikelnya tidak dapat di tata kembali.
sebentar, luka saya membusuk, saya butuh betadine yang tidak pedih...
saya selalu kembali menata letak hati. memperhatikan setiap sudut yang tidak tersentuh luka. mengecek kembali siapa yang layak dan tidak layak disana.
bukan cerita ini yang saya sesali. hanya kejanggalan yang membuat saya tidak siap menerima kenyataan. rasanya tidak adil jika dibandingkan dengan semua yang saya telah lakukan.
sudahlah saya tidak butuh kipas, yang saya butuhkan itu kapas...
pernahkah membenci kenyataan yang harus dihadapi? memilih pilihan yang tidak pernah diinginkan? menelan mentah mentah rasa kehilangan? jika tidak, jangan seolah olah mengerti apa yang saya bicarakan.
"tinggalkan saja sepatunya disana, kamu boleh melangkah dengan sepatu yang lain. stok sepatumu masih banyak bukan?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar