Kepada tuan dibalik pintu,
Maaf jika harus kutuliskan surat ini untukmu, tuan. Aku hanya mengingatkanmu karena setelah ini aku akan berhenti.
Di
akhir musim lalu, aku selalu berpikir tentangmu, tuan. Menghabiskan
petang di beranda rumah dan tak pernah berhenti berharap akan kedatangan
kabarmu, meski hanya sebuah pesan singkat. Kemudian aku berpikir apakah
aku benar-benar mencintaimu?
Di
berbagai tempat yang pernah kita habiskan waktu bersama, aku selalu
menengok setiap kali aku melewatinya. Tuan, ketahuilah setiap waktu aku
menatap ke belakang, aku seperti selalu berharap aku mampu menyentuhnya
kembali bahkan disaat aku sadar bahwa semua hanyalah tentang kemarin.
Dan
setiap kali aku memikirkanmu, tuan, suaramu sering kali terdengar
berbisik dengan nada yang rendah. Wajahmu hangat seperti matahari sore,
tuan. Meski kamu ibarat senja bagiku, namun kamu selalu menyinari
hari-hariku.
Tuan,
potongan-potongan kenangan kemarin masih jelas teringat. Dimana kita
yang dulu? Bukankah kita mampu bahagia? Bergiga byte memori masih belum
mampu aku hapuskan dari kepala, namun yang tersisa hanyalah
perasaan-perasaan yang tak mampu aku jelaskan.
Dalam perjalananku menuju henti, aku hanya belum mampu melupakanmu.
Tertanda,
Kotak Pandora
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar