Untuk apa yang tidak kamu ketahui,
aku menuliskan surat ini.
Maka;
Ketahuilah, aku perempuan dengan daya visualisasi yang tinggi, aku tidak akan mampu berkonsentrasi hanya dengan mendengarkan, tapi karenamu, apalah itu visual atau audio, aku bahkan mampu mendengarmu bercerita tanpa jeda meski menahan kantuk yang luar biasa.
Ketahuilah, aku bukan perempuan yang pandai mendengarkan tapi karenamu aku bisa menciptakan ruang kosong di sudut kepala hanya untuk menampung semua yang kau cemaskan.
Ketauhilah, aku perempuan yang lebih banyak ingin didengarkan, banyak tingkah dan menyebalkan, tapi karenamu aku bisa duduk diam dan menyediakan telinga yang mampu menampung segala keluhmu.
Bukan hanya bertukar peluh, kau bisa berbagi dunia denganku.
Lalu bagaimana dengan sabtu padatmu ini? Menyenangkan? Meski telingaku tidak selebar telinga gajah, kau bisa ceritakan apa saja denganku. Aku penampung bukan pendistribusi seperti katamu :-P Ahya, sekarang kau sudah meminta giliranku untuk memulai cerita, kau yakin? Karena ketika aku mulai bercerita kau harus siap memegang erat telingamu, aku lupa cara berhenti ketika sudah mulai bercerita. Hahaha.
Baiklah. Cerita bagian mana yang kali ini ingin kau dengarkan? Tentang seperti apa aku ketika patah hati atau tentang bagaimana bahagianya aku ketika terima gaji pertama? Tapi ... maukah kau ceritakan sedikit saja padaku tentang seperti apa perempuan dibalik pria yang tak kenal lelah sepertimu, yang membesarkanmu hingga mampu setangguh ini.
Atas semua hal buruk yang pernah kau lalui, tenanglah, kau sudah bersama perempuan pemilik telinga penampung keluh tanpa jenuh, perempuan penyembuh luka tanpa obat merah. Maka kini, utamakan dirimu sendiri, temukan bahagiamu.
Pemilik telinga penampung keluh tanpa jenuh,
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar