Minggu, 21 Februari 2016

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Miliknya Tere Liye


Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begtu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. -- Tere Liye

Saya sangat menyenangi karakter Danar yang digambarkan dalam novel ini. Pria berwibawa yang memiliki jiwa sosial tinggi dan bergitu perhatian dengan sekitar. Dia pandai berdongeng. Sampai suatu ketika dia jatuh cinta dengan seorang perempuan berjarak 14 tahun darinya. Om Danar, begitu Tania, gadis kecil yang ia cintai memanggilnya. Saat itu Tania berusia 11 tahun dengan adiknya Dede berusia 6 tahun sedang dalam kepayahan menghadapi hidup. Kehadiran Danar menjadi cahaya dalam hidup mereka. Ayah Tania meninggal saat usianya 8 tahun, disusul Ibunya meniggal saat usianya tepat 13 tahun. Sedangkan Danar sudah menjadi yatim piatu sejak kecil.

Ada satu kalimat dalam novel ini yang tak lepas dari pikiran saya bahwa hidup terus berlanjut dalam bentuk apapun. Sepertinya hidup memang bekerja demikian. Entah dalam situasi yang semenyulitkan apapun, hidup harus tetap berjalan. Hidup tidak akan berbaik hati membaik-baik sajakan dirimu terlebih dahulu sebelum kemudian melanjutkan perjalanan. Kamu pertanggung jawab penuh atas hidupmu sendiri.

Novel ini menceritakan perjalanan hidup Tania, juga percintaannya. Proses bagaimana ia tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik, lalu menyadari perasaannya kepada Danar. Namun tidak mudah, Tania harus mengikhlaskan Danar menikahi perempuan lain, dan menerima kenyataan kalau Danar ternyata juga menyimpan rasa untuknya.

Hidup terus berlanjut dalam bentuk apapun...

2 komentar: