Sabtu, 10 Oktober 2015

Surat Untuk Wanita dalam Cermin III

Ini tengah malam.

Aku melihatmu menatapku dalam setelah sekian lama kau bahkan tak pernah menghampiriku diwaktu seperti ini. Tapi kali ini kau datang lagi, tentu saja dengan segala kerumitan yang jelas terlihat dari tatapanmu. Kau menggenggam gelas. Sudah berapa butir obat sakit kepala yang kau teguk malam ini? Sudah kukatakan pil itu takkan menyelesaikan masalahmu meski kau mengkonsumsinya setiap malam. Salurkan pikiranmu. Temukan seseorang yang kau percayai. Jangan egois. Jangan menelannya sendiri. Tumpahkan semuanya. Jangan kau biarkan membusuk merusak akar pikiranmu

Aku marah. Aku tak pernah marah sebelumnya bukan? Tapi kali ini aku sangat marah. Apa kau gila menyimpan beberapa masalah diwaktu yg sama? Sadarlah! Kapasitas sabarmu tidak sebanyak yang kau kira. Kau bisa gila.

Sudahlah, berhenti meremas rambutmu. Aku benci melihatnya. Jangan menatapku seperti itu. Matamu... aaah! Apa yang kau pikirkan sekarang? Menghindar? Cuma itu keahlianmu? Berhentilah menjadi pembungkam. Ini sudah melebihi kemampuanmu untuk menyelesaikannya. Dimana mereka? Atau mereka yang menyebabkanmu seperti ini? Lagi? Oh Tuhan! Tidak bisakah sekali saja, sekali saja dalam hidupmu menceritakan semua, semuanya hanya pada satu orang, kumohon satu orang saja, semua permasalahanmu, apapun itu yang bisa meringankanmu?

Hidupmu bukan hanya milikmu. Ku ulangi, hidupmu bukan hanya milikmu. Sekali lagi, hidupmu bukan hanya milikmu. Ada banyak orang disana. Banyak. Berhenti bertanya, "Where did life I live?." Inilah hidupmu. Kau hanya menelan banyak hal.

Ya. Iya aku tau. Kau hanya tak berniat mengeluhkan hidupmu. Atau apalagi, menceritakan pada orang lain tak juga tak menyelesaikan masalahmu? HEI! Apa aku minta padamu agar mereka menyelesaikan masalahmu? Kau hanya cukup membaginya, agar tidak membusuk, diwaktu seperti ini.

Apa? Kau tanyakan padaku apa yang harus kau lakukan? Apalagi sekarang? Telan saja semuanya. Bawa hidupmu pergi. Tinggalkan mereka yang membuatmu dalam masalah. Hidup dengan cara yang baru. Kau ingin aku berkata demikian bukan?

Buka pikiranmu!

Ohhh kau membela diri? Kau bilang selama ini kau terus berpikir hingga sakit kepala? Apa yang kau pikirkan? Masalahnya? Atau kau hanya memikirkan pertanyaan yang bahkan kau sendiri tak mampu menemukan jawabannya.

Maaf. Amarahku tak mampu ku atasi. Lebih baik kau tinggalkan aku. Selesaikan sendiri. Tidak. Maksudku datang kembali nanti. Iya nanti. Bukan diwaktu seperti ini, dengan kondisimu yang begini.


older later:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar