pic by tumbr |
Aku pernah berharap begitu kuat, mencintai dengan begitu hebat. Lalu kemudian luka sedikit, hatiku pecah.
[repost: @falafu]
[repost: @falafu]
Ada hari dimana aku pernah menangis sejadi-jadinya, karena muak dengan semua logika-logika yang tanpa sadar menuntutku menjadi 'dewasa' menurutmu. Lalu aku akan bertanya-tanya kekeliruan apa yang telah telah aku lalukan sehingga membuatmu merasa aku saja tidak cukup. Apa mungkin karena aku terlalu kekanakan? Atau karena manusia seperti aku merepotkan? Menjadi dewasa yang bagaimana? Dan kemudian aku menelannya kembali.
Iya, dan setelahnya kita baik-baik saja. Kamu bercerita, aku mendengarkan. Kamu melucu, kita tertawa. Seperti biasa. Tapi pertanyaanku yang tidak pernah terjawab itu tanpa ku sadari tenyata menggelembung di ruang hatiku. Hingga disuatu ketika mereka meledak dan menghancurkan isinya. Tanpa bisa kuprediksi tiba-tiba aku merasa cukup dengan semua. Rasa cukup itu seperti gempa. Menggoyahkan segalanya, kepercayaan, harapan, pun berhasil menghempaskan segala mimpi yang selama ini aku letakan di atas lemari janjiku.
Iya, aku sayang padamu. Tapi aku tidak berada disisimu untuk melihatmu dengan mudahnya menyederhanakan keberadaanku. Bukankah itu sedikit keterlaluan? Aku bahkan sangat sedih memikirkannya, meski hanya sebentar saja. Seperti ketika aku memikirkannya kembali ketika menulis kalimat ini.
Bukan, bukan aku hitung menghitung soal apa yang penah kuberi. Aku
bahkan sudah lupa apa saja yang pernah aku berikan. Bagaimana bisa aku
menjumlah dan mengurangi sayang lalu membaginya setelah dipangkat kuadrat? Alat
apa yang bisa kugunakan untuk menakarnya? Kalau kamu punya, mungkin suatu hari
kamu harus meminjamkannya padaku. Agar aku bisa berharap dengan lebih
bijaksana. Agar hatiku tak perlu sampai meledak tiba-tiba dan membuatku
seketika menghilang dari hidup seseorang
Kamu tahu, aku rasa banyak yang membenciku karena aku mampu seketika berubah. Aku harap mereka yang membenciku, di suatu saat, ketika tengah
menengadah ke birunya langit, sempat bertanya pada diri mereka sendiri kenapa
aku bisa berubah. Mungkin, bisa jadi aku hilang karena mereka hapus tanpa mereka sadari. Mungkin, bisa jadi aku berhenti bicara karena mereka yang lebih dulu
berhenti bercerita.
PS:
Hari-hari yang lalu saya pernah menelan perasaan ini. Dan hari
ini saya menelurkannya. Walau sudah tak lagi ada gunanya, setidaknya saya
mencatatatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar