Sabtu, 17 Oktober 2020

 Beberapa bulan ini, aku bertahan hidup dengan kalimat ini;

"Minta tolong sama Allah dan diri sendiri, berharap hanya kepada Allah."

Lalu pagi ini, seseorang mengingatkan; jika kamu tidak berhasil menolong dirimu sendiri, mintalah tolong orang lain, dirimu harus diselamatkan.

"Bagaimana bisa aku menjadi selemah ini, disaat ada makhluk yang hidup dengan kuatnya aku."

Senin, 29 Oktober 2018

KALUT

Rasanya seperti isi kepala yang mau pecah.
Aku tidak pernah membayangkan ternyata sebegini rumitnya.

—-

Sabar, katamu. Kata yang teramat sering ku dengar dari mulut yang tidak pernah mengerti bagaimana jika diposisi ku. Taukah jika hingga sampai saat ini aku tak punya sabar, semua tidak akan menjadi sebaik-baik saja seperti ini. Katamu sabar tidak memiliki batas dan batas kesabaran adalah kematian. Hah! Katakanlah aku manusia tidak normal karena sabarku berbatas.

Sedih rasanya, aku sudah bukan lagi perempuan yang dengan menangis sejadi-jadinya bisa menenangkan diri sendiri. Ada diriku ditubuh yang lain yang membutuhkan kekuatan ini. Yang ku pikirkan bagaimana bisa aku menjadi lemah, sedangkan makhluk kecil yang bergantung padaku ini masih sangat lemah.

Makhluk mungil ini sedang tidur, beberapa kali ia bergerak seperti ada yang menggangu tidurnya. Dialah alasan aku harus tetap menjadi waras, terlebih saat ia menolak makan. 

Dear diriku pada tubuh yang lain,
aku tidak akan menyerah untuk memberimu bahagia, tidak akan pernah meninggalkanmu dan akan terus menjadi yang terbaik yang aku bisa. Tapi, maaf, aku pun masih manusia, belum menjadi malaikat, aku masih memiliki kekurangan, aku lelah, aku tidak bisa mengontrol emosi.

Boleh aku istirahat sebentar? 

Sabtu, 19 November 2016

Pelangi Hitam Putih

Aku memperhatikannya
Aku melihatnya tersenyum, juga tertawa
Namun bukan padaku

Aku menatap matanya
Memperhatikan seluruh geraknya
Apa yang ia makan, bagaimana ia berjalan, siapa yang disampingnya
Namun saat ia menoleh kearahku, aku mengalihkan pandangan

Aku mendengar suaranya, secara langsung
Mendengar apa yang ia ceritakan, mendengar langkah kakinya
Mendengar suara tawa yang pernah membuatku jatuh padanya
Namun bukan aku alasannya

ditulis dalam perjalanan Bandung - Palembang, 24 April 2016.


Selasa, 01 November 2016

Sebelum Aku Tak Lagi Mencintaimu

Sebelum aku tak lagi mencintaimu, kamu selalu menjadi tujuan favorit bagi ingatanku. Aku akan memilin cerita demi cerita ketika kita sedang berbincang berdua lalu menertawainya.

Sebelum aku tak lagi mencintaimu, aku selalu merindukan pagi saat kamu tiba di stasiun kota dengan ransel dipunggungmu dan senyum merekah ketika dua pasang mata kita saling bertemu.

Sebelum aku tak lagi mencintaimu, kamu adalah bahagiaku. Tempat aku menitipkan hatiku untuk tinggal sementara dan selalu berharap bisa di sana selamanya.

Tapi mungkin benar pepatah para orang tua, "Manusia berencana Tuhan yang menentukannya".

Aku berencana mencintaimu, menjaga bahagiamu. Tapi menurut Tuhan aku lebih baik mencari jalan yang berbeda. Mungkin menurut Tuhan kita berdua bisa jadi akan menjadi dua orang paling berbahagia jika bersama. Karena itulah Tuhan memutuskan untuk membagi kebahagian kita kepada orang lain secara adil dengan cara tidak menjadikan kita bersama.

Itu pikikan positifku, benar atau tidaknya aku lebih suka berpikir seperti itu.

Yang harus kamu ingat hanyalah, sebelum aku tak lagi mencintaimu kamu pernah menjadi bagian paling menyenangkan dalam ceritaku. Tapi itu dulu... dulu sebelum aku tak lagi mencintaimu.


- namarappuccino