Kamis, 25 Februari 2016

Hilang Selera

Seperti terlalu banyak melahap coklat manis, melubangi gigi dan membuat nyeri.  Aku sangat menyukai coklat manis, tapi sekarang aku sudah kehilangan selera ~

Minggu, 21 Februari 2016

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Miliknya Tere Liye


Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begtu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. -- Tere Liye

Saya sangat menyenangi karakter Danar yang digambarkan dalam novel ini. Pria berwibawa yang memiliki jiwa sosial tinggi dan bergitu perhatian dengan sekitar. Dia pandai berdongeng. Sampai suatu ketika dia jatuh cinta dengan seorang perempuan berjarak 14 tahun darinya. Om Danar, begitu Tania, gadis kecil yang ia cintai memanggilnya. Saat itu Tania berusia 11 tahun dengan adiknya Dede berusia 6 tahun sedang dalam kepayahan menghadapi hidup. Kehadiran Danar menjadi cahaya dalam hidup mereka. Ayah Tania meninggal saat usianya 8 tahun, disusul Ibunya meniggal saat usianya tepat 13 tahun. Sedangkan Danar sudah menjadi yatim piatu sejak kecil.

Ada satu kalimat dalam novel ini yang tak lepas dari pikiran saya bahwa hidup terus berlanjut dalam bentuk apapun. Sepertinya hidup memang bekerja demikian. Entah dalam situasi yang semenyulitkan apapun, hidup harus tetap berjalan. Hidup tidak akan berbaik hati membaik-baik sajakan dirimu terlebih dahulu sebelum kemudian melanjutkan perjalanan. Kamu pertanggung jawab penuh atas hidupmu sendiri.

Novel ini menceritakan perjalanan hidup Tania, juga percintaannya. Proses bagaimana ia tumbuh menjadi perempuan dewasa yang cantik, lalu menyadari perasaannya kepada Danar. Namun tidak mudah, Tania harus mengikhlaskan Danar menikahi perempuan lain, dan menerima kenyataan kalau Danar ternyata juga menyimpan rasa untuknya.

Hidup terus berlanjut dalam bentuk apapun...

Sabtu, 20 Februari 2016

Game over. I lose.

pic by tumblr

Saya selalu ingin menenangkanmu, agar mampu memenangkanmu.
Kemenangan yang saya sendiri seringnya keliru.


Jumat, 19 Februari 2016

"Hai. Satu kata yang tertelan belasan jam sebelum akhirnya kau menjawab teleponku hari itu. Bertanya kabar mungkin adalah hal yang 'basi', namun aku tetap menanyakan kabarmu hari itu. Terdengar suaramu sangat baik, tanpa beban dan sepertinya kau memang baik-baik saja.

Baguslah. Hatiku berkata demikian. Tiba-tiba kau menutup teleponku begitu saja dengan alasan kau masih banyak kerjaan dan berjanji akan menelponku kembali kalau sudah selesai nanti. Menelpon kembali? Tanyaku dalam hati. Mana mungkin. Aku menghibur diri."

Hari itu adalah hari dimana aku telah mencapai batas lelah, aku butuh telinga, aku perlu didengarkan. Bercerita bukan hal yang mudah untuk orang sepertiku. Namun lagi, aku tak menemukanmu.

Senin, 01 Februari 2016

#2 - Untukmu

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke 2
  
Sini mendekat, biar ku jelaskan padamu
apa-apa yang sempat terlewat.

#1 - Senang Bisa Bertemu Denganmu

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke 1

Ada kalanya kita merasa 'jengah' pada hal yang membuat kita lelah.
Terima kasih, senang bisa bertemu denganmu.