Sabtu, 28 Februari 2015

#30 - Pemilik Telinga Penampung Keluh Tanpa Jenuh

Untuk apa yang tidak kamu ketahui,
aku menuliskan surat ini.
Maka;

Kamis, 26 Februari 2015


Sini, duduk, akan ku buatkan beberapa cangkir kopi untukmu. 
Cangkir yang  pertama untuk menceritakan apa yang terjadi hari ini, 
cangkir kedua tentang apa yang terjadi sebelum kita bertemu 
dan selanjutnya tentang bagaimana kita nantinya. 
Duduk saja, aku yang akan membuatkannya, kopi 'apa saja' kesukaanmu itu.
Dan mulailah bercerita.
 

Sabtu, 21 Februari 2015

#24 - Sepucuk Surat Untukmu

Untuk; Calon Imamku

Assalamualaikum wr. wb

Wahai imamku dimasa depan, apa kabarnya kau disana? Masikah semangat berjuang menemuiku? Dan aku di sini tak kenal kata lelah dan menyerah untuk senantiasa mencari ilmu, memantaskan diri dihadapan Allah. Ku harap kau pun begitu.

Aku belajar banyak hal agar nanti suatu saat jika Allah sudah menentukan waktunya kita akan bertemu dan saat itu aku sudah benar benar siap untuk berjuang dijalan dakwah bersamamu, membela agama Allah, mendidik calon mujahid mujahidah kecil kita sepenuh hati, membangun keluarga yang penuh cinta dan membangun bersama istana di surga.

Wahai imamku, ku sadar diriku jauh dari sempurna. Aku memang bukan Siti Khodijah tapi aku belajar setia darinya, bukan pula Siti Asiah tapi aku belajar bersabar darinya. Aku bukanlah Siti Aisyah tapi aku belajar ikhlas darinya dan bukanlah Fathimah binti Muhammad tapi aku belajar tabah darinya.

Kau tahu wahai imamku, aku sangatlah pencemburu. Semoga kita senantiasa dapat menjaga hati kita selagi berjauhan. Bersabarlah, yakinlah Allah pasti mempertemukan kita. Jika memang bukan dunia ini tempat pertemuan kita, insya Allah kita akan bertemu di Jannah-Nya kelak.

Semangatlah, duhai kasihku. Aku selalu menunggumu.

Salam sayang,
Isteri masa depanmu
#MuslimahTalk #30HariMenulisSuratCinta

Jumat, 20 Februari 2015


Kalau saja yang kamu katakan tentang Doraemon itu benar,
sudah pasti saya menanti akhir cutinya dengan berkemas.
Lalu menemuimu dengan mesin waktu demi satu waktu bersamamu.
Satu waktu saja. Bercakap denganmu hingga gelas kopi saya tanpa sisa.
Hingga ampas kopi yang menumpuk tak sadar terteguk.

Rabu, 18 Februari 2015



Sudah kukatakan, tidak akan kau temukan perempuan yang mampu menerima kekuranganmu seperti aku, dan tidak akan pernah pula aku menerimamu kembali dalam hidupku.


Sabtu, 14 Februari 2015

#16 - Pemilik Cinta yang Paling Aman

Teruntuk; Pria pemiliki cinta yang paling aman.

Meskipun aku tahu, aku bukan satu satunya perempuan yang bertahta dihatimu, aku tetap mencintaimu. Begitulah kecintaanku pada sosokmu. Aku bahkan telah jatuh cinta padamu saat senyum mengembang diwajahmu ketika pertama kali kau melihatku. Cintaku telah jatuh telak padamu.

Mungkin kamu akan tetap terkekeh dan tertawa geli saat membaca surat ini, padahal ini bukan pertama kalinya aku mengirimkanmu surat. Dan sengaja aku meletakannya di samping gelas kopimu sore tadi, kuharap membacanya saja sudah membuatmu merasa lebih hangat di cuaca mendung seperti ini.

Iya, katakanlah ini surat cinta. Yang dengan sengaja aku kirimkan untuk mengungkapkan betapa cintanya aku padamu. Meski  aku mencintaimu dengan segenap gumpalan darah yang mereka sebut hati, aku tahu itu takkan pernah mampu menggantikan posisi perempuanmu yang telah lebih dulu menguasai jiwamu. 

Tak apa. Aku bahkan sangat berterima kasih, karenamu aku tumbuh menjadi perempuan dengan batas batas yang tegas. Menanamkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan yang luar biasa. Meskipun terkadang kau tetap bertingkah kekanakan ketika aku mulai bercerita tentang pria lain. Seolah kau akan kehilanganku. Kau menutupi rasa cemburumu dengan selalu mengingatkanku untuk berhati hati mempercayakan hati, tak banyak pria sepertimu, katamu begitu.

Tenanglah. Percayakan padaku. Apapun yang terjadi ketika aku harus mencintai pria lain selain dirimu, aku akan melakukannya dengan baik. Aku akan berusaha menjadi seperti perempuanmu dan menemukan pria sepertimu, dan dia akan membantuku mengurangi kecemasanmu atas hidupku.

Aku mencintaimu, pria pemilik cinta yang paling aman, Ayah. Aku mungkin tidak mengatakannya setiap hari, tapi kau tahu aku mencintaimu, kan?

Dan terima kasih karena telah menjadikan perempuanmu sebagai ibuku. Aku mencintai kalian berdua, melebihi kecintaanku atas hidupku sendiri.


Putri Bungsumu,
Lala Azahra
------------------------------------------------
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke- 16
Tema: Just Say It

Rabu, 11 Februari 2015

#13 - Untukmu; Aku.

Kepada, Aku.

Ada yang salah. Pasti ada yang salah di sini. Aneh. Rasa yang sangat aneh. Kau tidak terlihat sedih atau terlihat sedang merasa kehilangan. Ayolah, yang kau lepaskan adalah hal yang selama ini sangat kau inginkan, bukan? Lalu kenapa kau begitu santai melepaskannya? Tidak sekalipun kau terlihat sedang bersedih. Aah~ bahkan kau tidak menangis sama sekali. 

Menangislah jika memang itu bisa membuatmu merasa lebih baik. Menangis bukan kesalahan. Kehilangan pun hal yang lumrah. Kupikir kau sedang menipu diri, berusaha mengalihkan perhatianmu agar tidak terfokus pada hal menyedihkan yang kau alami. Satu minggu aku bisa mengerti, tetapi ini tidak. Kau terlihat sangat baik-baik saja. Sudah ku bilang ini aneh. Aneh.

Sekali lagi aku tegaskan, yang kau lepaskan itu adalah hal yang selama ini sangat kau inginkan. Iya kan? Dan setelah melepaskannya kau malah terlihat jauh lebih baik. Kau sungguh baik baik saja, kan? Iya, karena kau jauh terlihat sangat baik sekarang. Tapi anehnya, kau tau yang kau lepaskan itu ... ah sudahlah.

Aku bahkan pernah menarikmu dan menenggelamkanmu pada lagu yang paling sendu, dan kau hanya melewatkannya begitu saja. Aku membawamu ke tengah para sahabatmu, kau tidak menceritakan apapun tentang kehilanganmu. Harimu berlalu sangat baik, tetapi aku tetap merasa aneh.

Aneh karena kau tidak marah dan tidak mengutuknya sama sekali.


Kamis, 05 Februari 2015

#7 - Surat Ini Untuk Kamu


Kamu yang semangat kerjanya ya.
Semangat juga nyampein surat-surat ke tujuan.
Kamu, iya kamu.
Kangposku, @Ikavuje.

Evil laugh,
Lala Azahra
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 7

Rabu, 04 Februari 2015

#6 - Kepada Pria Berkemeja Putih dengan Lengan Digulung Sesikut



Keluh menggambarkan wajahmu hari itu, dengan wajah basah karena air wudhu kau melintas dihadapanku. Dan kala itu pula mata ini terus menatap punggungmu hingga hilang dibalik pintu. Seperti detak ketika lelah berlari seharian, aku kesulitan mengatur nafas. Sosokmu begitu menarik perhatian, dengan kemeja putih dan lengan digulung sesikut.


Selasa, 03 Februari 2015

#5 - Untuk Penikmat Kopi Tanpa Gula

Hai.
Kamu dengan kopi panasmu.

Aku melihatmu pagi ini, di kedai kopi langgananmu. Namun hanya sendirian. Dimana kekasihmu? Perempuan yang selalu saja mengikutimu. Ah~ kesal sekali rasanya jika kembali mengingat keangkuhan perempuan kecintaanmu itu. Sudah kubilang jangan mendekatinya, kau masih saja melakukannya. Iseng katamu begitu santai.

Kau tahu betapa asingnya kita sekarang? Enam tahun persahabatan kita hambar begitu saja hanya karena ketidak jelasan rasa cemburu perempuan yang kau sebut dewi itu. Tak ada gunanya aku sesumbar menjelaskan bagaimana sifat asli perempuanmu itu, kau tidak akan pernah mendengarkan. Kau lupa dengan niat awal keisenganmu itu  hingga pada akhirnya dia memintamu menjaga jarak denganku dan kau melakukannya.

Ha!

Lihat sekarang? Apa yang terjadi padamu?
Seorang pemurung yang hanya asik dengan kopi hitam tanpa gula. Menghabiskan waktu dalam sebuah kedai dan sibuk memainkan gedgetmu. Dimana kekasihmu itu? Perempuan yang kau bilang takdirmu, dimana dia sekarang hingga kau menjadi terpuruk seperti ini.

Mengertilah. Hidupmu jauh lebih berarti dari perempuan yang bahkan tidak seberharga itu untuk kau ingat. Menyerahlah. Masih banyak kebahagiaan lain yang bisa kau raih, bukan dengan terus menunggunya kembali.

Baiklah.

Maafkan aku. Seharusnya aku memarahimu saat ini. Namun langkah ini masih terasa kaku hanya untuk menghampirimu, bahkan bibir ini pun terasa kelu meski hanya menyapamu saja. Teruslah. Lakukan semaumu.

Hanya saja jika suatu hari surat ini sampai ke tanganmu, tolong datang padaku. Akan kusembuhkan separah apapun luka hatimu itu. Kau masih mengingat kalau aku adalah perempuan yang tak akan pernah memulai duluan, kan? Maka kemarilah, duduk dan biarkan aku menyembuhkan lukamu dengan obat merah termahal di dunia ini. Itu guna sahabat, bukan?


Xoxo,
Lala Azahra
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 5

Senin, 02 Februari 2015

#4 - Teruntuk; Tuan Muda yang Baik

Tuan muda yang baik hati,
terima kasih untuk satu kotak es krim minggu lalu, kau selalu tahu bagaimana cara membaik-baik sajakan perempuan sepertiku ini.

Tuan muda yang baik hati,
terima kasih untuk sepotong coklat yang kau senyumbunyikan di laci meja kerjaku hari ini, kau punya cara sendiri untuk menarik perhatian perempuan seperti aku.

Tapi tuan muda yang baik hati,
aku bisa sakit gigi kalau kau selalu memberikan makanan yang manis, dan mungkin saja aku bisa kena diabetes karena terlalu sering mengkonsumsinya.

Maka tuan muda yang baik hati,
berilah aku cintamu saja, yang utuh. Kau bahkan kekasih orang lain, bagaimana kau bisa sebaik hati ini padaku?

Xoxo,
Lala Azahra
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 4

Minggu, 01 Februari 2015

#3 - Dear Neptunus

Dear Neptunus,

Kutuliskan surat disepertiga malam seperti ini karena mataku masih terjaga. Ada bilang hal ini bisa terjadi karena kita sedang berada dimimpi seseorang, Nep, kau tau seseorang mana yang aku harapkan disini. Aku takkan bersedih disuratku kali ini, karena memang aku telah berhasil mengendalikan keadaanku sendiri.

Nep, aku sudah tidak berharap pada apapun, sedikitpun tidak. Sudah tidak lagi menginginkan yang sangat kuingini, aku sudah berhenti sampai didetik aku melihat sosok wanita disampingnya, aku yakin sekali wanita itu pilihanya.

Kumohon, Nep. Bantu aku mengikhlaskannya.

Xoxo,
Lala Azahra
#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke- 3