Selasa, 26 Februari 2013

kamu percaya jodoh?

"aku jatuh cinta pada seseorang yang bahkan aku saja tidak tau warna matanya, mungkin hitam, mungkin juga coklat." -- hanya isarat

mungkinkah seseorang masih mengendap cinta yang sudah selama lebih dari 4 tahun di hatinya? mungkinkah jika ia sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk menarik perhatian orang yang dicintainya?

selama lebih dari tiga tahun terakhir ini mereka sama sekali tidak pernah bertemu. namun berita dan cerita tentang cintanya masih selalu terdengar dan hangat di orang-orang sekitarnya. 

kini ia dihadapanku, dengan senyum yang terus mengembang dan mata yang berbinar-binar. mereka baru saja bertemu secara tidak sengaja di rumah-Nya, rencana Allah memang sangat indah. 

namun ia tetap memilih jalan yang sama, mengendap dan bersembunyi. kamu percaya jodoh? ia percaya.

fckFact!

"kamu tau rasanya ketika hal yang bergitu berharga untuk dirimu dan selalu kamu jaga namun disaat yang bersamaan kamu harus melepaskannya. rasanya seperti anak perempuan kecil yang menangis karena boneka kesayangannya dirampas paksa oleh orang lain."

***

beberapa hari yang lalu saya kehilangan sesuatu yang berharga. kenyataan seolah merampas paksa apa yang selama ini telah saya jaga. kehilangan ini harus saya telan mentah mentah. 

saya telah sampai pada titik terendah hidup saya. hati saya seperti kepingan kaca yang sengaja dihempaskan. partikelnya tidak dapat di tata kembali.

sebentar, luka saya membusuk, saya butuh betadine yang tidak pedih...

saya selalu kembali menata letak hati. memperhatikan setiap sudut yang tidak tersentuh luka. mengecek kembali siapa yang layak dan tidak layak disana.

bukan cerita ini yang saya sesali. hanya kejanggalan yang membuat saya tidak siap menerima kenyataan. rasanya tidak adil jika dibandingkan dengan semua yang saya telah lakukan.

sudahlah saya tidak butuh kipas, yang saya butuhkan itu kapas...

pernahkah membenci kenyataan yang harus dihadapi? memilih pilihan yang tidak pernah diinginkan? menelan mentah mentah rasa kehilangan? jika tidak, jangan seolah olah mengerti apa yang saya bicarakan.


"tinggalkan saja sepatunya disana, kamu boleh melangkah dengan sepatu yang lain. stok sepatumu masih banyak bukan?"

Sabtu, 23 Februari 2013


This is not a flow. It’s a predictable swing that goes back and forth without ever moving elsewhere.
Dee, Grow a Day Older

aku ada (rectoverso)

dear kamu,


“percayakah kamu? Aku selalu ada. ke dalam perasaan inilah engkau akan bermuara, ke dalam perasaan inilah engkau akan pulang dan bertemu aku lagi. dan perasaan itu dapat engkau nikmati sekarang, di dalam hati. tanpa perlu mati, sekarang.

dengarkah kamu? Aku ada. Aku masih ada. Aku selalu ada.  rasakan aku, sebut namaku seperti mantra yang meruncing menuju satu titik untuk kemudian melebur, meluber, dan melebar. rasakan perasaanku yang bergerak bersama alam untuk menyapamu.”

“Habis ini lalu apa? Kamu sendirian. Aku sendirian. Buat apa? Kenapa kita tidak berdua lagi saja?” Suaramu pertama dalam setengah jam terakhir.

Namun kurasa hatimu tahu, seperti hatiku pun tahu. Jika malam ini kita memutuskan untuk terus bersama, itu karena kita tidak tahu bagaimana menangani kesendirian. Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.


{Peluk, rectoverso - Dee}

“dunia ini tak lagi sama. hidup ini memang asing. aku sedih untuk sesuatu yang tak kutahu. aku galau untuk sesuatu yang tak ada. dan jari ini ingin menunjuk sesuatu yang bisa menjadi sebab, tapi tak kutemukan apa-apa. pada saat yang sama, seluruh sel tubuhku berkata lain. mereka tahu sesuatu yang tak dapat digapai pikiran. apa rasanya, jika tubuhmu sendiri menyimpan rahasia darimu ?”

- Dee, Rectoverso
“I'd like to find the guy who invented the proverb 'go with the flow' and lead him to an ocean full of hungry sharks. And see how he would flow. I'd really like to know.”

― DeeRectoverso
"Menahun sudah aku tahu, hari ini akan tiba. 
Tapi bagaimana bisa pernah kujelaskan? 
Aku menyayangimu seperti kusayangi diri sendiri. 
Bagaimana bisa kita ingin berpisah dengan diri sendiri"

-- Dee Lestari
"‘aku memandangimu tanpa perlu menatap. aku mendengarmu tanpa perlu alat. aku menemuimu tanpa perlu hadir. aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa…’ Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa."

-- Dee Lestari

Senin, 04 Februari 2013


did you?

Kapan terakhir kita saling memandang seseorang dengan mata penuh cinta, bukan dengan napsu atau pandangan hampa?


-Dear_Connie