Rabu, 30 April 2014

Perempuan Bodoh


Kepada pria di balik jendela,

"Kalau duniamu tak seindah yang dulu, kamu boleh melihatnya dari mataku." 
"Kalau semua kenangan buruk yang kamu ingat, mari ciptakan yang indah denganku."
"Kalau lukamu tak juga membaik, sini biar aku yang menyembuhkannya."


Tuan, kau dengar teriakan suara perempuan itu, kan?

Itu aku, perempuan yang pernah tetap menetap di tempat yang sama tepat setelah kau meninggalkannya. Perempuan bodoh itu selalu mengawasimu, tuan. Dia tahu berapa jumlah perempuan-perempuan lain yang kau persilahkan menempati ruang di hatimu. Dia tahu perempuan mana yang benar-benar kau cintai dan yang benar-benar menghiburmu.

Mengapa aku tak pernah baik di matamu, tuan? Aku tak pernah meminta kepada Tuhan untuk membalas perbuatanmu hingga saat ini kau terjembab dan tersungkur dalam lubang yang kau buat sendiri. Aku, perempuan yang pernah mencintaimu, selalu meminta Tuhan memberikan yang terbaik untukmu. Jika ini yang kau terima, maka inilah yang terbaik yang telah Tuhan berikan.

Karena perempuan mana yang tidak patah hatinya menyadari bahwa bukan dirinya yang ada dihati pria yang ia cintai? Hatiku pun patah melihatmu bergonta ganti menggandeng perempuan yang kau gilai dengan harta yang kau miliki. Terima kasih, tuan, karenamu perempuan bodoh itu kini telah pintar. Maka, aku mohon dengan sangat jangan pernah kembali.

Di waktu dunia terasa berat bagi perempuan pemalas seperti aku, kamu ingat kala itu aku masih menjadi perempuan manja yang bahkan menghadapi tumpukan piring kotor pun aku sudah malas, apalagi menghadapi masalah besar saat itu.

Namun kini perempuan itu telah tumbuh menjadi perempuan tegar yang siap menghajar masalah apapun yang menghampirinya. Dia bahkan sudah akrab dengan kehilangan, kekecewaan, luka dan hal lain yang menghantamnya habis-habisan diwaktu dulu.


Kini senyumnya mampu mengingatkan seseorang untuk jatuh cintalah dengan pintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar