Rabu, 06 Agustus 2014


Aku yang selalu berdoa untuk setiap kebahagiaanmu, 
namun tidak pernah siap jika perempuan lain membahagiakanmu.

Siang itu aku menghampiri sahabatku di salah satu restoran cepat saji di pusat kota, Diana namanya. Aku memarkirkan kendaraan tepat di depan pintu masuk restoran tersebut, hanya karena aku teburu buru, Diana sudah sejak setengah jam yang lalu di sana. Mataku menyisir setiap sudut ruangan karena tak kudapati Diana di meja tempat biasa yang kami tempati. Kemudian aku menuju ke lantai atas, kalau kalau saja dia ada di sana.

Tepat sekali, tebakanku benar. Ku dapati Diana sedang asyik menyeruput float iced kesukaannya menempati meja di balkon restoran, meja yang berpayung, mungkin karena cuaca sedang bersahabat. Aku segera menghampirinya, namun langkahku tiba-tiba saja tertahan ketika ku lihat sosok yang sangat aku kenali duduk dihadapannya, pria yang nyaris melumatkan sisa hidupku.

Aku mengeraskan hati, ku urungkan niatku menghampiri Diana saat itu, aku memutar langkah dan kembali ke dalam mobil. Aku hanya mengirimkannya pesan singkat mengatakan bahwa aku tidak bisa datang dan segera meninggalkan tempat itu.

Air mataku tumpah teringat saat aku menerima telfon dari Diana sebelumnya kalau dia telah siap memperkenalkan kekasih barunya padaku. Kekasih barunya, pria yang nyaris melumatkan sisa hidupku.

"Ketahuilah, aku masih selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu, namun tidak pernah siap jika perempuan lain yang membahagiakan kamu, terutama jika itu sahabakku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar