Rabu, 19 Agustus 2015

Potret Perempuan

"A strong woman will automatically stop trying if she feels unwanted. 
She won't fix it or beg, she'll just walk away!"




Dilahirkan sebagai perempuan bukanlah alasan untuk menjadi lemah.
[repost; @dear_connie]


Perempuan kuat bukanlah ia yang tak mau menangis karena takut terlihat lemah, justru ia selalu jujur dengan perasaannya sendiri dan berani mengungkapkannya. Ia dapat melakukan banyak hal dengan tangan dan kakinya sendiri, tapi juga tak segan menyandarkan kepalanya di atas bahu orang lain. Ia tak keberatan menghabiskan waktunya sendirian, tapi ketika langit mulai gelap ia tetap membutuhkan teman bicara.

Perempuan kuat memperjuangkan bahagianya pun membahagiakan orang lain. Persediaan bahagianya harus cukup untuk dirinya dan orang-orang yang ia sayangi. Kebahagiaannya tidak hanya diperuntukkan dirinya sendiri, dengan membahagiakan orang lain ia mampu merasakan bahagia meski terkadang harus menelan hatinya sendiri.

Perempuan kuat melindungi apa yang menjadi miliknya, tapi juga tahu kapan harus melepaskan mereka yang tak lagi memberinya rasa nyaman, mereka yang tak lagi menghargai, membutuhkan dan mencintai dirinya. Ia tahu itu. Ia tahu, tidak ada gunanya mempertahankan apa yang sudah mati dan yang benar tulus kepadanya tidak akan pernah menyakitinya dengan sengaja. Perempun pun tidak pernah ragu untuk berkemas pergi saat kesedihan semacam itu datang.

Ia tidak segan untuk meminta maaf, bahkan untuk beberapa orang, ia akan melakukannya saat ia tak merasa bersalah. Itu adalah salah satu caranya untuk mempertahankan apa yang diyakininya harus tetap ada. Tapi bukan berarti lantas ia melupakan apa yang terjadi, ia mencatat semua dalam kepalanya dan berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan membiarkan dirinya disakiti dengan cara yang sama.

Perempuan kuat terkadang juga merasa tidak aman. Ada kalanya ia harus bertindak keras dan memukul dadanya kuat-kuat ketika ia merasa terancam. Bukan karena ia lemah, namun karena intuisinya seolah selalu membisikan ke telinga ketika ada bahaya yang mengancam. Karenanya ia segera menutup pintu rapat-rapat dan menggemboknya dengan besi berlapis, bahkan setan sekalipun tidak mampu membuka pintu itu kalau ia sudah melakukannya.
Ia tidak mengaku dirinya hebat, juga tidak mendongakkan kepalannya seperti induk jerapah. Bahkan ada saatnya, ia mengaku kalah dan menunduk lesu. Saat itu, ia tak segan menelengkan telinganya untuk mendengarkan suara-suara baik yang membuat lehernya dapat kembali tegak, matanya kembali berbinar, dan senyumnya kembali terulas.
 
Perempuan kuat memang tak selalu bertubuh besar dan kuat, tapi ia mempunyai hati yang lebih kuat dari baja tahan karat. Ketika kau melihatnya sedang marah atau mendapatinya tengah menangis, itu bukan karena hatinya lemah - tapi itu saatnya ia memberi kekuatan baru pada dirinya sendiri.

Harga diri perempuan kuat bukan pada apa yang menempel di tubuhnya, atau siapa laki-laki yang ada di sisinya - tapi pada apa yang melekat dalam hatinya dan tersimpan dalam kepalanya. Ia tak tergiur harta, namun ia tahu bagaimana cara menghidupi dirinya dengan cara terhormat. Ia tak tergiur oleh kerupawanan, tapi ia melihat hati. Ia menghargai siapa pun orang yang selalu ada untuknya, dan tak pernah meremehkannya.

Ketika ia bermanja, bukan berarti ia lemah. Tapi ia sedang menunjukkan sisi keperempuanannya. Ia tak menjadikan keperempuannya sebagai senjata untuk menyerang, tapi untuk memanusiakannya dan mengingatkannya pada kodratnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar