Minggu, 16 Februari 2014

#16 - Surat Untuk (a.n) Lebah Madu

Hai penyiar yang (katanya) paling kece,

Selamat Pagi!

Sudah pulang siaran? Sudah sampai dirumah? Sudah sarapan? Bagaimana harimu? Menyenangkan tidak? Kalau saja kamu tau cerewetnya saya, mungkin nanti kamu akan kepusingan. Tentu saja semua kecerewetan saya ada mula dan seringnya permulaan itu terjadi begitu lucu. Bagaimana dua orang dipertemukan dalam garis hidup yang diizinkan saling bersinggungan? Entah pada titik waktu yang keberapa dan entah yang seterusnya.


Di titik pertemuan itu secara kebetulan kita saling beradu pandang. Terkadang kebetulan selalu menjadi awal dalam berbagai kebahagiaan, semoga kebetulan ini akan menjadi kebahagiaan nantinya. Bukan tiba-tiba saja kebetulan itu hadir mengikuti arah mata saya bermuara. Hanya sebuah kesamaan yang tak berani saya beri nama selain sebuah kebetulan.

Kehadiranmu mulai mengacaukan rutinitas dan menciptakan kebiasaan baru. Demi beberapa saat menyempatkan membalas pesan singkat, kamu tak pernah kalah membuat saya tertawa. Saya sudah mulai membayangkan seperti apa pertemuan-pertemuan selanjutnya dan sejauh apa kita bisa bertukar cerita. Semoga kita bisa berbagi cerita lebih banyak lagi.

Ibarat monopoli, biarlah semua ini mengalir kemanapun dadu sang waktu membawanya.


Salam,


Yang tak pernah lelah mendengarkanmu (meski terkadang ketiduran :p)

#30HariMenulisSuratCinta, Hari ke 16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar