Minggu, 11 Mei 2014

maukah kau menungguku?

Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berbah-ubah sewaktu waktu, tidak seperti air yang mengalir lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang. 

Detik berdetik dalam jarak yang sama, perasaan kita tidak. Resah melihat waktu yang terus bergerak sementara diantara kita tidak pernah terjadi pengakuan. Tatap mata bertemu, senyum malu-malu, pura-pura menghindar, pura-pura bertanya kabar, merah merona ketika nama terucap.

Aku tau diantara kita saling menjaga diri, tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu, tidak lebih dari itu. Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memiliki, kan? Sebab setiap perasaan memerlukan tindakan dan tindakan itu haruslah bertujuan.

Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu. Diantara kita tercipta samudra, meski pada kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari, berada dalam satu tempat yang sama. Jarak yang akan hilang dengan beberapa ikrar kata dan waktu seperti kita tau tidak pernah bisa diajak berkompromi, diantara kita tetap diam saja, aku ingin megatakan sesuatu tapi malu, aku malu mengatakannya. Maukah kau menungguku?

--- suaracerita #3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar